Namanya Rossa
Waktu itu umurku masih beranjak memasuki 20 tahun, semester 1 langsung saja ya…
Kota Apel saat itu masih begitu sejuk dengan udara fresh yang membuatku semangat untuk kuliah di salah satu PTN terkenal di kota itu,mengambil fakultas ekonomi,jurusan akuntansi tahun angkatan 2xxx
Pertama kali aku mengenalnya saat di kelas bahasa inggris dimana dia masuk kelas dalam kondisi terlambat dan terburu-buru,waktu itu dosen pengajarku menyuruh setiap orang memperkenalkan diri ke depan kelas (in english of course)
saat dia duduk,dan membetulkan kacamatanya, aku meliriknya tak sengaja, dan tampaknya semua orang di kelas memang memperhatikannya karena dia sungguh menarik,dan bergaya, kulit putih,tomboy, rambut sebahu, berkacamata, dan memiliki senyum yang amat manis, apalagi dia asli kelahiran kota ini…
Sungguh tak dinyana kalau tiba-tiba dia nyeletuk (dalam bahasa inggris beraksen kental, seolah-olah dia lama tinggal di luar negeri), “kamu ada rencana punya pacar nggak dari kota ini?”, aku langsung kelabakan dan mukaku memerah, yang diiringi tawa dan seruan huuuu…panjang dari anak-anak seluruh kelas…kehadiranku yang dari ibukota ke daerah memang juga menarik perhatian sebagian anak-anak baru…
Dengan santai aku berusaha tenang dan menjawab secara ambigu “yeah…maybe…” sambil tersenyum simpul padanya. Saat perkenalan usai akupun duduk di bangku sebelahnya yang memang kosong, dan menjabat tangan lembutnya yang kemudian dari bibirnya aku tahu namanya : “Rossa”, seperti mawar, berduri, namun menarik perhatian…
Seiring waktu pula aku tahu, ternyata dia anak pindahan dari politeknik yang masuk jurusan S1, dari teman-teman, aku tau kalau dia sangat-sangat populer karena sempat masuk team roller skate Jatim dan juga mengikuti beberapa kegiatan modelling, tentu saja yang naksir banyak, hehehe…termasuk aku tentunya, hitung-hitung aku sudah sepuluh bulan menjomblo sejak SMU…
Ternyata memang takdir berkata “Yes” terhadap keinginanku untuk memilikinya sebagai pacar, saat-saat ospek jurusan membuat kami bertambah dekat, dia sering curhat tentang apapun padaku termasuk “pacarnya” yang dijodohkan oleh keluarganya, dan bahkan tentang rahasia terbesarnya bahwa dia pernah diperkosa oleh salah seorang anak jurusan teknik, namun aku tetap menerimanya sebagai “virgin”, karena bagaimanapun, dia melakukannya hanya sekejap tanpa ada “cum inside”, jadi hanya kehilangan selaput aja dan dia berhasil memberontak…(nggak usah diperpanjang yeee…ntar bosen)
Akhirnya kami jadian, jalan bersama, tentu saja aku jadi pacar kedua, karena pacarnya yg pertama ada di ibukota dan jarang pulang karena juga masih kuliah, namun dia memperlakukan aku dengan penuh kasih sayang, saat ciuman pertama pun, aku dibuatnya menangis karena emosi yang berlebihan (aih malunya)…
Berlanjut dari ciuman, aku mulai pertama kali menyentuhnya (swear, this is the 1st time aku punya keberanian menyentuh tubuh perempuan) saat kami nonton di cineplex :
Kami berciuman begitu hangat, dengan lidah yg saling membelit dan membelai bagian-bagian tubuh yang sensitif, terus terang aja, dia baru ngajarin aku “french kiss”, dan aku begitu larut sampai aku memohonsesuatu yg aku sendir tak tau kenapa aku berani mengucapkannya…
“Ross…aku boleh nggak lebih “dalem” lagi” (Dia hanya menjawab dengan anggukan kepala)
Aku pun mulai membuka kancing paling atas dari blusnya yg berwarna putih, menyelipkan tanganku ke branya yg berenda, dan menangkupkan telapakku ke payudaranya yg mungil, namun begitu menggoda, memilin putingnya, meremasnya, dan aku mulai menundukkan kepalaku untuk menjilat, menghisap, dan sedikit menggigit putingnya yg masih merah
“Ouuughh…Say…” Rossa melenguh dan membelai rambutku sambil menekan kepalaku untuk lebih dalam lagi memainkan buah dadanya itu. Puas bergantian menggerayangi dadanya yg menggemaskan itu, tanganku semakin berani bermain ke bawah, ternyata tak ada penolakan, aku membuka kancing celana jeansnya yg juga berwarna putih, lalu menyelipkan tangan kananku ke dalam rimbunnya “hutan” milik Rossa, terasa hangat dan sedikit basah. Aku menekuk jari tengahku ke belahan bukit kecilnya yg berair dan dia langsung mengangkangkan kakinya sebagai ijin permisi bahwa aku boleh lewat lebih dalam…inilah pertama aku menyentuh klitoris, bibir, dan semua bagian paling rahasia dari seorang perempuan…
Ternyata Rossa juga tak ingin melewatkan 90 menit film yg membosankan itu dengan meraba milikku, tangannya bersilangan dengan tanganku yg sedang asyik di dalam CD nya, dia membuka resletingku dan dengan sedikit kesulitan mengeluarkan milikku dari CD ku dan langsung membelainya dengan ujung kuku, yang membuatku meringis menahan rasa nikmat yg menggelikan, dia terus menggenggam, membelai, mengurut dari kepala, batang, sampai testisku sampai aku benar-benar basah…walau kami tak sampai orgasme, namun kejadian itu menyeret kami ke pengalaman yg lebih dalam lagi, yang kami berdua tak pernah bayangkan sebelumnya…
Pertemuan di hari-hari selanjutnya membuat hubungan seksual kami lebih intens, bahkan kami berani melakukannya di kampus, di kamar mandi tempat umum, dan tempat-tempat yg penuh sensasi luar biasa antara dag dig dug takut ketahuan, dan rasa nikmat tak tertahankan…
Saat di rumah seorang kawan saat aku bermain piano dan temanku itu pergi keluar sebentar membeli makan siang, Rossa untuk pertama kalinya juga melakukan oral sex padaku, begitu berani, dan walaupun untuk pertama kalinya dia melakukannya dengan sedikit kaku, namun rasanya begitu nikmat, mulutnya terasa begitu liat ,kecipak bibir, lidah, dan cairan mulutnya saat menarik dan menghunjam ke bawah batang penisku benar benar rapat, namun mengikuti kontur penisku yang memang sedikit mengarah ke atas…
Untuk pertama kalinya juga aku menyelipkan lidahku di antara rapatnya pintu vaginanya yg merekah merah, walau hanya berani menjilatnya perlahan, namun aromanya sungguh membuat aku ketagihan…sampai kami begitu terburu-buru membetulkan pakaian saat temanku yg empunya rumah ternyata begitu cepat kembali
1 Minggu berlalu…Hari itu tak akan kulupa, hari dimana aku melepas keperjakaanku dengan wanita yg kucintai…
Siang itu memang sudah kami rencanakan sejak lama, fantasi - fantasi yg selama ini kami nikmati lewat phone sex begitu menumpuk penuh kerinduan pelampiasan, pulang dari salah satu mall setelah kami buat foto di photobox, kami sepakat untuk main ke tempat kosku, kebetulan bapak kost sedang pergi ke luar negri untuk satu bulan, dan teman kosku yang lain banyak yg pulang ke luar kota, tinggal aku seorang…
Saat masuk kamar, aku menyalakan lilin aroma theraphy yg dibeli Rossa saat ada bazaar di kampus, dan dengan penuh kecanggungan duduk di tepi tempat tidur dimana dia sudah duduk dari tadi, tanpa sadar, tanganku begitu berkeringat karena nervous…Rossa melihat ketegangan itu dan menarik tanganku, membelainya dengan lembut, lalu mulai mengecup keningku…
“Kenapa say?…” suaranya yg pelan menenangkan aku yg masih canggung
“Ah nggak kok, cuma nervous aja”…
Aku mulai merangkul pundaknya, memiringkannya ke arah ku, aku menatap matanya yg indah, kulepas kacamatanya…
Rossa membelai pipiku, rambutku, dan menyudutkan kepalanya sehingga bibirnya menempel dengan bibirku yg setengah merekah menyambutnya, dan kami mulai berciuman…
Saling kecup, aku mulai mengulum dan menghisap pelan bibir atas dan bawahnya bergantian, sambil menyelipkan lidahku ke balik bagian bibir atasnya… “Emmmhhh…”, bunyi kecipak lidah kami membuat kami semakin liar berciuman, membelai, dan memeluk satu sama lain…Aku mulai mengangakat t-shirt oranye yg dikenakannya, tampak Rossa mengenakan bra berwarna hitam berenda yg sangat seksi, tanganku bergerak ke belakang untuk melepaskan kaitannya, dan mengangkat bra itu ke atas, unutk kemudian aku mulai merunduk, mengarahkan bibirku ke putingnya yang tegang memerah, menyapukan area lidahku ke dada putihnya yg mungil, begitu halus, lebut,wangi, dan aku meresapi semuanya itu…aku membuka mulut lebih lebar, sambil menghisap dadanya yg mengeras, lalu menariknya sambil melepaskan bunyi “pop!”, dan permuakaan yg basah itu aku pilin dengan ibu jari dan telunjukku bergantian…
Merasa tak nyaman, dia melepaskan t-hirtnya yg masih setengah tersangkut di punggung, beserta branya, kemudian dilemparkannya begitu saja ke atas lantai keramik yg dingin, Rossa menarik T-shirtku ke atas, lalu mengecup puting dadaku, menggigitnya pelan sampai aku mengerang, karena sungguh aku tak pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya…
Rossa melepaskan kancing celana jeansku, memelorotkannya ke bawah dan melepaskannya dari kaitan tungkai kakiku, lalu mendudukkan aku di tepi ranjang…lalu dia membimbing kedua tanganku untuk melepaskan celana jeansnya dari kaki jenjangnya…sejenak aku tertegun melihat putih dan mulusnya paha Rossa…CD warna pink bergambar kero keroppi yang membulat pada bagian tengah belahan pahanya itu juga membuatku sangat bergairah…
Rossa duduk di lantai, berlutut pada kedua lututnya mengapit pahaku, dia memegang lututku, menariknya ke arah luar, dan menarik CD ku ke arah bawah, membuat penisku menyembul dengan seketika karena tertarik bagian karet CD, dia tersenyum, lalu menyentuh bagian kepala penisku dengan ibu jari dan jari tengahnya, sedikit memencet, lalu telunjuknya menekan bagian atas lubang penisku yg di atasnya mulai menumpuk cairan pelumas bening yg meluber ke samping, memutarnya, sehingga menimbulkan sensasi luar biasa yg tersalurkan lewat desahanku….”arrrghhh…”, kedua tanganku memainkan dada Rossa, meremasnya dengan gemas seiring dia mulai mengulum penisku dengan intens, sapuan lidahnya di bagian kepala, kocokan-kocokan eratnya pada batang penisku, semuanya membuat gairahku memuncak…
Sekitar lima menit aku mengerang dan mencumbui bibirnya, Rossa tiba2 berdiri, berbaring di samping ku dan memelorotkan celana dalamnya, dia meraih tubuhku, menariknya ke atasnya, sehingga kau terjatuh ke tubuhnya yg hangat, penisku terselip di antara pahanya dan langsung dijepitnya sambil tertawa kecil…”Wah, punyamu…hangat ya…”, kata-katanya begitu polos, jauh dari kesan menggoda atau murahan, membuktikan bahwa semuanya dia lakukan hanya dengan naluri kewanitaannya…bukan karena dia pernah melakukannya…aku mencumbu seluruh bagian tubuhnya dari atas, pundaknya, menjilat ketiaknya, punggungnya, dan dia merasakan pijatan lidah yg begitu sensasional, saat dia berbaring tengkurap, aku menjilat tengkuknya sampai ke belahan pantat melewati garis tulang punggungnya, dan jari tengahku kuselipkan di tengah vaginanya yg melunak dan hangat…dan juga basah oleh cairan pelumasnya yg berbau harum….aku melanjutkan aksiku dengan mebelah vaginanya dengan kedua jariku, sehingga klitorisnya tampak, lalu kuhisap perlahan, sambil sesekali lidahku kumasukkan dalam-dalam, menimbulkan bunyi slurrpp…dan disahut dengan seruan “Ouuuchhh…” berkepanjangan dari bibir Rossa yg merekah…
Gairahku sudah begitu memuncak, demikian pula dengan rossa, dengan sedikit canggung aku berlutut di antara belahan pahanya, sambil terus mengelus elus vaginanya yg berbulu halus, membelai belahan pinknya yg berdenyut hangat, dan mulai mendekatkan penisku ke lubang vaginanya, saat mulai menempel, sedikit kutekan, Rossa memegang kedua lenganku dengan erat, bahkan sampai terasa sedikit sakit karena dia mencengkeram lenganku, kedua pahanya mengangkan, dan lututnya ditekuk ke atas pahaku…
“Say, pelan-pelan ya…kamu tau kan aku nggak pernah melakukannya lagi semenjak kejadian itu?”, kata itu mengalir tanpa rasa bersalah…akupun menyahut pelan…sambil menarik nafas, karena ini adalah pengalaman yg sangat berharga buatku, membuat bagaimana seorang wanita merasa tenang…aku mengangguk, memegang batang penisku dibantu oleh Rossa, menggesekkanya pelan-pelan pada permukaaan vagina, lalu mendorongnya masuk, slepp…
“AAAUUUUHHH….Say…SAKIITTT…!!!!!”, Rossa tiba-tiba berteriak, padahal baru bagian kepala penisku yg melesak ke dalam vaginanya, rupanya vaginanya mengalami spasme (=kejang), mungkin karena trauma masa lalunya…Aku berusaha tidak ikut panik walaupun penisku sedikit mengendur kehilangan ketegangannya…”Tenang Ross, coba kamu relax, jangan biarkan masa lalu itu menghantuimu, aku mencoba menenangkan Rossa sambil mencumbunya agar perhatiannya teralih dari rasa sakit…
“Kita coba lagi” kata rossa sambil menyeka air matanya…aku tersenyum, dan sambil kupandang lekat-lekat matanya, aku berbisik pelan di telinganya “I love you”
“I love you too” kata rossa sambil memejamkan matanya
Aku mulai menarik penisku sedikit keluar dari vaginanya yg rapat, lalu berusaha memasukkannya kembali perlahan, tak kusangka Rossa memberontak tanpa sadar, mungkin rasanya amat sakit, tapi dia berkata, terus Say, jangan dicabut, terus masukin, aku nggak perduli, tolong masukin cepat, tekan, tekan, katanya berceracap pelan sambil meringis menahan sakit…
Aku meletakkan lenganku di bawah kepalanya agar setidaknya ia merasa nyaman, lalu aku menekan pantatku kebawah dengan diiringi rintih kesakitan Rossa…”Aih…ahh…sakitt Say…ahh..kk”
Blesss…rasanya lega saat himpitan yg sempat membuat bagian kanan kiri leher penisku perih (mungkin lecet) mereda, aku merasa penisku seperti dilingkupi sesuatu yg hangat, rapat, terasa seperti kalung melingkar, namun berbentuk tabung lunak yang berlendir, sungguh sensasi yg amat luar biasa, walau tak ada darah perawan, namun aku percaya dan ini cukup membuktikan kalau dia layak disebut virgin…
Aku mulai menggerakkan penisku maju mundur walau pun sedikit sulit dan pedih, namun beberapa menit kemudian rasa sakit itu mulai berganti dengan rasa nikmat, vagina Rossa mulai basah dan semakin basah rupanya….Tanpa sadar aku melenguh dan mendesah sambil menciumi bibir Rossa, dan pantatku masih bergerak maju mundur dengan gerakan yg semakin intens dan ber-ritme, namu tak terlalu cepat, Rossa membeliakkan matanya menahan rasa nikmat yg tak pernah dia rasakan, tangannya memeluk erat punggungku sambil meracau, pahanya dibuka-tutup menahan gerakan-gerakanku yg dalama, menimbulkan sensasi tersendiri buatku.
Saat aku yakin bahwa vaginanya sudah mulai lentur dan bisa diajak kompromi, aku menangkupkan lutut Rossa ke dadaku, sehingga pahanya menjepit penisku, lalu kugoyang pantatku berputar sambil kutarik keluar, dan saat penis hampir lepas, aku hunjamkan lagi dengan dalam berulang-ulang, Rossa sampai tertawa-tawa dan melenguh kenikmatan, dan berkata “Owh..that’s so great…”
Aku membalikkan tubuh Rossa sampai dia berlutut, dengan penisku tetap berada dalam vaginanya,agak sulit memang, tapi penisku tak sampai terlepas, dan Rossa mulai bertumpu pada kedua telapak tangannya dan menungging, ya…Doggy style…aku sudah lama ingin mempraktekkan ini, aku mulai menusuk vagina Rossa dengan perlahan namun dalam, rasanya berdenyut hangat, dan setiap kutarik keluar ada cairan yg tumpah berbunyik “plop”, dan bunyi itu adalah ekstasi yg merangsang kami untuk semakin cepat berpacu…keringatpun mulai menetes…
Rossa kembali berputar dan menghempaskan punggungnya di ranjang lalu mengangkat satu kakinya ke bahuku, aku sedikit memiringkan tubuhku sehingga penisku menusuk vaginanya dari arah samping, rasanya sungguh luar biasa melihat pantat Rossa menghantam testisku berkali-kali, dan dia melakukannya sambil tersenyum…Oh sungguh indah…
Aku mulai merasakan ada cairan yg ingin segera tumpah dari testisku, menyembur seperti lahar…”Ross…sepertinya aku mau keluar deh…”kataku polos, “OK” sahutnya, “ayo kamu goyang lebih cepat ya Say” “Iya”, sahutku singkat lalu mulai menghunjamkan dalam-dalam penisku sampai Rossa memejamkan mata dan punggungnya terangkat ke atas karena menahan rasa nikmat. Dan diantara racauannya, ia meraih leherku menariknya ke arah bibirnya dan ia menyambut bibirku penuh gairah sambil berbisik dan menjilat telingaku : “Say, please keluarin di dalam, aku ingin tahu rasanya…”
“Tapi Ross, gimana kalau kamu hamil?kataku khawatir, namun dengan pikiran yg terbagi antara kenikmatan dan keraguan”
“Sudahlah, aku lagi nggak subur kok,paling 2-3 hari lagi aku dapet” katanya menenangkan, rupanya ia paham soal waktu subur dan tak subur sehingga berani memintaku melakukan sesuatu yg jadi impian banyak pria itu…
Aku hampir mencapai klimaks, pahaku sudah mulai capek, dan selangkanganku sakit karena belum terbiasa mengangkang dalam waktu yg cukup lama, sambil melirik jam, aku sadar aku sudah hampir 30 menit bercinta dengannya, hebat juga pikirku, karena biasanya pria yg pertama kali bercinta 10 atau 15 menit pasti sudah game over….
Aku mengangkat pantat Rossa dengan kedua tanganku, tangannya menekan pantatku maju kedepan, menghunjamkan penisku dalam-dalam, dan kurasakan ia mengejangkan vaginanya rapat-rapat dan dengan satu hentakan, Rossa mencapai orgasmenya terlebih dulu dari aku…
“AAhhhhkkk…Say….Ooooughkkk…Emmmhhh…Aaaahhh…” Aku keluar…” Pahanya kejang, perut dan rahimnya jugamengerut menahan nikmat, dan kurasakan aliran hangat cairan kenikmatan dari vaginanya meliputi penisku yg juga hampir mntah, menimbulkan sensasi licin dan hangat, membuat otot-otot penisku terlihat memerah, dan aku pun orgasme menyusul Rossa…
“Ouuugh”, kepalaku tertunduk dan tersentak ke belakang menahan kejangnya tubuhku sendiri, penisku menyemprotkan sekitar 5 atau 7 kali semprotan ke liang vagina Rossa,membuatnya semakin basah dan licin,bahkan cairan spermaku dan cairan kewanitaaan Rossa sampai berpadu dan mengalir keluar melalui sela-sela milik kami dan mengalir ke testisku serta ke lubang pantat Rossa, menimbulkan sensasi yg melengkapi puncak kenikmatan kami berdua, Aku masih menggerakkan penisku beberapa kali karena Rossa masih meremas testisku dengan gemas, sampai kami berdua benar-benar lemas dan aku jtauh terduduk, penisku melemas, dan terlepas dengan sendirinya dari vagina Rossa, mengakibatkan spermaku tumpah membasahi ranjang…
“Ross, I love you…” kataku lemas
“I love you too, Ton” katanya, dan ia menyeka peluhku dengan tangannya, lalu ia duduk dan mengecup keningku, lalu akupun melakukan hal yg sama…lalu kami berpelukan & berharap semua ini tidak akan pernah berakhir…
Siang itu begitu indah, sampai kami mandi bersama, dan aku mengantarnya pulang, aku masih termenung….begitu rasanya ya kehilangan keperjakaan…hmmm,aku hanya bisa menarik nafas panjang mengingat masa-masa indah itu, karena kini Rossa telah menikah dengan “pacar”nya yg telah dijodohkan orang tuanya dan sekitar bulan oktober kemarin, dari rahimnya telah lahir seorang bayi perempuan cantik….
Tragiskah bagi saya…tidak…karena itu kenangan termanis saya semasa hidup…cinta tak berarti harus memiliki…